
Ilustrasi lonjakan tensi Israel‑Iran.
GEMINI99NEWS – Konflik Israel–Iran sejak 13 Juni 2025 telah memicu ketegangan global yang belum terlihat sejak perang besar terakhir di kawasan Timur Tengah. Serangan udara, rudal balasan, serta retorika panas antara kedua negara menjadi sorotan dunia internasional. Di tengah kekhawatiran global atas dampaknya, konflik ini tidak hanya menjadi persoalan regional, tetapi juga mengancam kestabilan ekonomi dan keamanan global.
Serangan Balasan: Titik Panas Baru Timur Tengah
Serangan Israel ke situs militer dan nuklir Iran di Isfahan menjadi titik awal babak baru dalam konflik panjang ini. Jet tempur Israel meluncurkan serangan presisi pada dini hari, menghancurkan sejumlah fasilitas penting. Iran merespons dengan peluncuran rudal balistik yang diarahkan ke wilayah Tel Aviv dan Haifa. Beberapa rudal berhasil dicegat sistem pertahanan udara Iron Dome, namun sejumlah lainnya menghantam permukiman sipil.
Teheran menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran kedaulatan dan tindakan agresi militer. Sementara itu, Tel Aviv menegaskan bahwa operasinya bertujuan mencegah pengembangan senjata nuklir Iran yang dianggap mengancam eksistensi Israel.
Konflik yang selama ini bersifat tidak langsung berubah menjadi benturan terbuka. Bahkan kelompok proksi seperti Hizbullah dan Houthi ikut terlibat, memperluas medan konflik ke Lebanon dan Laut Merah.
Eskalasi Konflik Israel–Iran Berdampak pada Stabilitas Global
Eskalasi konflik Israel–Iran tidak berhenti pada zona perang. Pasar global merespons dengan lonjakan harga minyak mentah hingga 82 dolar per barel. Investor di bursa saham Eropa dan Asia menunjukkan kekhawatiran terhadap potensi perang berkepanjangan yang dapat mengganggu suplai energi dari Timur Tengah.
Indeks Nikkei di Jepang dan DAX di Jerman mengalami penurunan lebih dari 3 persen. Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya karena pasar mencari aset aman.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahkan menggelar pertemuan darurat untuk membahas risiko distribusi. Situasi ini menempatkan konflik militer dalam kerangka yang lebih luas, di mana stabilitas geopolitik sangat mempengaruhi perekonomian global.
G7 Tekan Diplomasi, AS dan Eropa Ambil Sikap Berbeda
Pertemuan darurat G7 di Ottawa, Kanada, berfokus pada eskalasi konflik Israel–Iran. Amerika Serikat dengan tegas menyatakan dukungan terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri. Namun Prancis dan Jerman mendorong pendekatan diplomatik untuk mencegah perang skala penuh.
Presiden Amerika Serikat memperingatkan bahwa setiap tindakan tambahan Iran akan direspons dengan kekuatan penuh. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Jerman menyerukan gencatan senjata sementara dan pengiriman utusan khusus ke Tehran dan Tel Aviv.
Kesenjangan pendekatan ini mencerminkan perbedaan strategi antara kekuatan besar dunia. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar sidang terbuka untuk membahas potensi resolusi damai, meski veto dari negara-negara besar diprediksi akan menjadi hambatan.
Krisis Kemanusiaan Memburuk, Dunia Mendesak Akses Bantuan
Selain aspek militer dan diplomatik, eskalasi konflik Israel–Iran menimbulkan krisis kemanusiaan akut. Di Iran, rumah sakit di Isfahan dan Teheran kewalahan menangani korban luka akibat serangan udara. Di Israel, masyarakat sipil di wilayah utara harus mengungsi ke tempat perlindungan darurat.
Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) melaporkan lebih dari 90.000 orang telah meninggalkan rumah mereka dalam waktu kurang dari 72 jam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan potensi wabah penyakit di wilayah konflik karena minimnya akses air bersih dan layanan medis.
Negara-negara tetangga seperti Turki dan Yordania membuka perbatasan untuk pengungsi, sementara Uni Eropa mengalokasikan dana tambahan sebesar €150 juta untuk bantuan darurat. Namun, distribusi bantuan menghadapi tantangan besar karena jalur akses utama masih belum aman.
Kesimpulan: Dunia Menanti Titik Balik Konflik
Eskalasi konflik Israel–Iran telah menjadi isu global yang menciptakan ketidakpastian luas. Dari medan tempur hingga ruang diplomasi, dunia terus mengamati apakah kekerasan akan terus berlanjut atau diplomasi akan mengambil alih.
Jika krisis ini tidak segera diredakan, bukan hanya kawasan Timur Tengah yang akan menderita, melainkan dunia secara keseluruhan. Tekanan global kini berada di pundak para pemimpin dunia untuk mendorong solusi damai sebelum situasi benar-benar tak terkendali.