
Suasana kota di Eropa saat gelombang panas ekstrem, suhu mencapai 45°C.
Eropa Diterpa Gelombang Panas Terburuk dalam Sejarah Modern
GEMINI99NEWS – Awal Juli 2025 menjadi momen yang mencatat sejarah baru dalam krisis iklim di Eropa. Gelombang panas ekstrem menyapu benua tersebut dengan suhu yang melampaui ambang batas normal di banyak negara. Dari Spanyol hingga Italia, dari Prancis hingga Yunani, lonjakan suhu mencapai lebih dari 46 derajat Celsius. Di beberapa kota, suhu bahkan memecahkan rekor yang bertahan lebih dari satu abad.
Fenomena ini bukan hanya sekadar angka di termometer. Ribuan warga di kawasan Eropa Selatan mengalami gangguan kesehatan akibat paparan panas yang berkepanjangan. Pemerintah daerah pun langsung memberlakukan kebijakan darurat, termasuk penutupan sekolah, penyesuaian jam kerja, serta pembukaan pusat pendingin darurat (cooling centers) bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
Para ahli klimatologi menegaskan bahwa intensitas gelombang panas kali ini memiliki kaitan langsung dengan perubahan iklim global. Suhu permukaan laut di wilayah Mediterania yang lebih hangat dari biasanya menciptakan sistem tekanan tinggi yang memerangkap udara panas di daratan Eropa. Akibatnya, panas ekstrem pun bertahan selama berhari-hari tanpa jeda.
Negara-Negara Paling Terdampak: Dari Iberia hingga Balkan
Wilayah Spanyol dan Portugal menjadi dua negara dengan kondisi paling ekstrem. Di kota Córdoba, suhu mencapai 46,6°C, menjadikannya hari terpanas dalam sejarah modern kota tersebut. Di Seville, panas menyengat hingga membuat jalanan nyaris kosong pada siang hari. Pemerintah kota setempat mengeluarkan larangan aktivitas luar ruangan antara pukul 11.00 hingga 17.00 waktu setempat.
Italia juga mengalami lonjakan suhu yang mengkhawatirkan. Di Roma dan Napoli, suhu harian konsisten berada di atas 40°C. Sementara itu, di Yunani, gelombang panas diperparah oleh kebakaran hutan yang terjadi di dekat Athena. Asap tebal dan udara kering memperburuk kualitas udara, mendorong rumah sakit untuk meningkatkan layanan gawat darurat.
Di Prancis, pemerintah menetapkan status waspada di 40 wilayah administratif. Di kota Paris, suhu menyentuh 42°C. Taman kota dibuka selama 24 jam dan distribusi air minum gratis dilakukan oleh relawan dan pemerintah lokal.
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Kesehatan yang Meningkat Drastis
Selain risiko kesehatan langsung seperti heatstroke, dehidrasi, dan gangguan pernapasan, gelombang panas ini juga membawa efek domino terhadap sektor ekonomi. Banyak pekerja konstruksi dan sektor outdoor lainnya terpaksa menghentikan aktivitasnya demi keselamatan. Produktivitas turun drastis, terutama di wilayah Mediterania yang sangat bergantung pada kegiatan luar ruang.
Sektor pariwisata juga tidak luput dari dampak. Di beberapa kota ikonik seperti Barcelona dan Florence, operator wisata mengurangi jadwal tur. Banyak wisatawan asing dilaporkan membatalkan perjalanan akibat ketakutan terhadap suhu ekstrem yang tidak terduga. Pemerintah Spanyol bahkan memperingatkan warga dan pelancong untuk tidak bepergian kecuali untuk keperluan penting.
Di sektor kesehatan, rumah sakit melaporkan lonjakan pasien dengan gejala terkait panas. Beberapa unit gawat darurat kewalahan menangani lonjakan ini. Pemerintah Prancis dan Italia mendirikan tenda darurat untuk menangani pasien sementara. WHO Eropa turut mengeluarkan imbauan agar masyarakat meningkatkan konsumsi cairan dan menghindari paparan sinar matahari langsung.
Krisis Iklim dan Ancaman Masa Depan yang Nyata
Banyak pihak kini menyoroti kembali urgensi aksi iklim. Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa gelombang panas di Eropa adalah bagian dari tren global yang semakin mengkhawatirkan. Data dari Copernicus Climate Change Service menunjukkan bahwa Eropa mengalami peningkatan suhu rata-rata dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia.
Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai “penanda awal” dari masa depan yang lebih ekstrem jika emisi gas rumah kaca tidak ditekan secara serius. Tanpa langkah konkret dalam beberapa tahun ke depan, Eropa bisa menghadapi musim panas yang lebih parah setiap tahunnya, dengan konsekuensi yang tidak hanya bersifat lokal, tapi juga global.
Kebijakan transnasional seperti Perjanjian Hijau Uni Eropa (European Green Deal) kini diuji. Negara-negara anggota didorong untuk mempercepat transisi ke energi bersih dan memperkuat sistem mitigasi bencana, termasuk memperluas ruang hijau di kota-kota besar dan memperbaiki sistem peringatan dini.
Suara Warga dan Harapan Akan Perubahan
Di tengah suhu menyengat dan krisis yang meluas, suara masyarakat pun semakin nyaring. Tagar #EuropeOnFire dan #Heatwave2025 menjadi trending di media sosial, mengangkat kisah warga yang terdampak langsung. Banyak yang membagikan kondisi suhu di rumah mereka, perjuangan melindungi anak-anak dan hewan peliharaan, hingga tuntutan terhadap pemimpin politik untuk bertindak lebih cepat dalam menghadapi krisis iklim.
Gerakan masyarakat sipil di berbagai kota menggalang dukungan untuk aksi iklim lebih luas. Di Berlin, Paris, dan Madrid, ribuan warga turun ke jalan menggelar aksi damai bertajuk “Planet Over Politics”, menyerukan penghentian subsidi bahan bakar fosil dan percepatan energi terbarukan.
Meski Eropa kini terbakar oleh panas, harapan masih ada. Gelombang panas ini bisa menjadi momentum refleksi dan titik balik menuju kebijakan yang lebih berani dan berkelanjutan.