
KMP Tunu Pratama Jaya sebelum tenggelam di Selat Bali, 2 Juli 2025.
GEMINI99NEWS – Langit malam di perairan Selat Bali yang biasanya tenang berubah mencekam pada Rabu, 2 Juli 2025. Sebuah kapal feri penyeberangan, KMP Tunu Pratama Jaya, mengirimkan sinyal darurat sebelum akhirnya tenggelam di tengah laut. Insiden ini mengejutkan publik dan menambah daftar panjang kecelakaan transportasi laut di Indonesia.
Kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, sekitar pukul 22.56 WIB. Tujuannya adalah Pelabuhan Gilimanuk di Bali, jalur yang sehari-hari dilalui ratusan kendaraan logistik dan penumpang. Namun tak lama setelah pelayaran dimulai, kapal mengalami gangguan teknis serius. Kebocoran di ruang mesin membuat kapal mengalami pemadaman total. Gelap, bergoyang, dan tidak dapat dikendalikan, feri akhirnya karam sekitar pukul 23.35 WIB.
Detik-Detik KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam
Menurut keterangan Basarnas dan tim penyelamat, saat sinyal darurat diterima, gelombang laut mencapai 2 hingga 2,5 meter. Cuaca yang buruk memperparah situasi, menyulitkan proses penyelamatan dan evakuasi. Kapal membawa 65 orang—terdiri dari 53 penumpang dan 12 awak kapal—serta 22 kendaraan, sebagian besar berupa truk logistik.
Begitu kapal mulai miring, sebagian penumpang langsung meloncat ke laut untuk menyelamatkan diri. Tim SAR dari Banyuwangi dan Jembrana segera dikerahkan, termasuk perahu karet, kapal penyelamat, dan helikopter. Mereka berpacu melawan waktu, cuaca, dan gelapnya malam.
Hingga Kamis sore, sebanyak 31 orang telah ditemukan dalam keadaan selamat. Namun sebagian besar dari mereka harus dievakuasi dalam kondisi lemas dan mengalami hipotermia karena terlalu lama terapung di laut. Empat orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara itu, lebih dari 30 lainnya masih dinyatakan hilang. Pencarian terus dilakukan dengan menyisir area laut yang luas dan mengandalkan bantuan nelayan setempat.
Dugaan Penyebab dan Tanggapan Pemerintah
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa dugaan sementara penyebab tenggelamnya kapal adalah kebocoran parah di ruang mesin yang tidak tertangani cepat. Kapal sempat mengalami pemadaman listrik (blackout) total sehingga sistem navigasi dan pompa darurat tidak berfungsi.
Dalam konferensi pers pagi ini, Menteri Perhubungan menyampaikan duka cita mendalam dan berjanji akan mengusut tuntas insiden ini. Ia juga menekankan pentingnya evaluasi terhadap seluruh kapal penyeberangan di Indonesia, terutama yang beroperasi di jalur padat seperti Selat Bali.
Operator kapal juga mendapat sorotan publik. Diketahui bahwa KMP Tunu Pratama Jaya merupakan salah satu armada lama yang telah beroperasi lebih dari 15 tahun. Meskipun lolos uji kelayakan tahunan, insiden ini menimbulkan pertanyaan serius tentang akurasi standar inspeksi yang digunakan selama ini.
Potret Nyata Krisis Transportasi Laut
Kecelakaan ini kembali membuka luka lama dalam dunia transportasi laut Indonesia. Jalur Ketapang–Gilimanuk memang menjadi urat nadi penting antara Jawa dan Bali, namun sering kali diwarnai masalah keselamatan. Dari pelampung yang tidak memadai hingga kurangnya pelatihan kru dalam menghadapi situasi darurat, semua menjadi sorotan.
Salah satu korban selamat menceritakan bagaimana ia tidak menerima instruksi evakuasi yang jelas saat kapal mulai miring. Ia terpaksa melompat ke laut bersama anaknya tanpa tahu harus ke mana. Beruntung mereka diselamatkan oleh nelayan yang melintas. Pengalaman traumatis seperti ini menjadi pengingat bahwa keselamatan bukan hanya soal teknis, tetapi juga komunikasi dan kesiapan kru.
Harapan Terakhir di Tengah Lautan
Pencarian masih terus berlangsung. Tim SAR memperluas area pencarian hingga radius 10 mil laut dari titik tenggelamnya kapal. Keluarga korban yang belum ditemukan berkumpul di posko darurat di Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk, menanti kabar dengan harap cemas.
Meski waktu terus berjalan, harapan untuk menemukan korban selamat belum sepenuhnya padam. Tim penyelamat bekerja tanpa henti, menyisir ombak demi menyelamatkan satu nyawa lagi.