
BMKG keluarkan peringatan cuaca ekstrem disertai hujan lebat.
GEMINI99NEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang diprediksi melanda berbagai wilayah Indonesia hingga 14–16 Juli 2025. Dalam keterangan resminya, BMKG menyebut adanya potensi hujan dengan intensitas lebat disertai angin kencang dan kilat di sejumlah provinsi, terutama di wilayah Jawa, Sumatra bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kondisi ini tak hanya mengganggu aktivitas harian warga, tetapi juga berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang. BMKG pun mengimbau masyarakat agar tetap waspada, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana.
Suhu muka laut yang hangat dan kelembaban udara yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya potensi hujan ekstrem selama beberapa hari ke depan. Situasi ini semakin diperkuat oleh pola angin yang membawa massa udara basah ke wilayah Indonesia.
Kemarau yang Tak Kering: Fenomena “Kemarau Basah” Terus Berlanjut
Yang membuat situasi ini kian tidak biasa adalah karakter musim kemarau tahun ini. Menurut BMKG, Indonesia tengah mengalami kemarau basah, yaitu musim kemarau yang tetap disertai curah hujan signifikan di banyak wilayah. Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober 2025.
Berbeda dengan kemarau pada umumnya yang kering dan minim hujan, kemarau basah membawa tantangan baru. Risiko longsor dan banjir tetap tinggi meski kalender musim menunjukkan tengah tahun. Selain itu, kondisi ini juga berdampak pada sektor pertanian, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat.
BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh aktivitas gelombang atmosfer Madden-Julian Oscillation (MJO), serta pola La Nina lemah yang terus memicu pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Potensi Bencana Hidrometeorologi Meningkat
Dengan kondisi curah hujan yang tinggi selama musim kemarau, sejumlah wilayah kini memasuki masa krisis hidrometeorologi. Daerah seperti Jawa Barat, Banten, dan sebagian Kalimantan telah melaporkan genangan, longsor kecil, hingga gangguan transportasi akibat cuaca buruk.
BPBD di beberapa daerah pun telah meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk dengan mendirikan posko darurat dan menyiapkan jalur evakuasi. Pemerintah daerah didorong untuk lebih responsif terhadap informasi dari BMKG serta memperkuat koordinasi dengan masyarakat.
Sementara itu, warga diimbau tidak hanya memperhatikan prakiraan cuaca harian, tetapi juga mulai menyusun langkah antisipatif. Membersihkan saluran air, memeriksa kondisi atap rumah, dan menebang pohon yang rawan tumbang menjadi langkah-langkah penting yang dapat mencegah kerugian besar.
Sektor Pertanian dan Penerbangan Juga Terdampak
Cuaca ekstrem yang tidak sesuai pola musim normal mulai berdampak pada sektor pertanian, terutama tanaman padi dan hortikultura. Curah hujan berlebih di lahan pertanian dataran rendah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman serta menyebabkan gagal panen jika tidak diantisipasi.
Di sektor penerbangan, beberapa bandara di wilayah timur Indonesia dilaporkan mengalami gangguan operasional akibat visibilitas rendah dan angin kencang. Penerbangan dari dan ke Papua, NTT, serta sebagian Sulawesi mengalami penundaan.
Otoritas bandara telah bekerja sama dengan BMKG untuk terus memantau kondisi cuaca dan menyesuaikan jadwal keberangkatan guna menjaga keselamatan penerbangan.
BMKG Serukan Waspada & Akses Informasi Resmi
BMKG mengajak seluruh masyarakat untuk aktif memantau informasi prakiraan cuaca melalui kanal resminya, termasuk website, media sosial, dan aplikasi mobile. Langkah ini penting agar masyarakat tidak terpapar informasi yang menyesatkan atau hoaks, terutama di tengah meningkatnya ancaman bencana hidrometeorologi.
Dengan menyebarkan peringatan dini secara tepat waktu dan menyeluruh, BMKG berharap dampak dari cuaca ekstrem dapat ditekan semaksimal mungkin. Warga juga diimbau untuk tidak beraktivitas di luar ruangan saat hujan deras turun, dan selalu berhati-hati saat berkendara dalam kondisi licin dan minim visibilitas.
Cuaca ekstrem yang kini melanda Indonesia di tengah musim kemarau menjadi pengingat bahwa iklim tak lagi bisa ditebak dengan pola konvensional. Peringatan BMKG harus menjadi pegangan bersama, bukan hanya untuk menghindari bencana, tetapi juga untuk menjaga keselamatan dan keberlangsungan aktivitas sehari-hari.