
.....
GEMINI99NEWS – Internasional – Konferensi Perdamaian Gaza 2025 resmi digelar di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, mulai 17 hingga 20 Juni 2025. Ajang diplomatik ini menjadi titik penting dalam upaya dunia internasional menghentikan konflik berkepanjangan di wilayah Gaza.
Tujuan Utama Konferensi Perdamaian
Konferensi Perdamaian Gaza 2025 menyusun empat pilar utama dalam agenda perundingan:
- Pelucutan senjata Hamas secara bertahap
- Pembebasan seluruh sandera
- Reformasi struktural Otoritas Palestina
- Perencanaan damai pasca-konflik, termasuk solusi dua negara
Forum ini dimotori oleh negara-negara seperti Mesir, Qatar, Prancis, dan Amerika Serikat, dengan dukungan luas dari komunitas internasional.
Dukungan Global terhadap Konferensi Perdamaian Gaza 2025
Lebih dari 40 negara dan organisasi internasional menghadiri Konferensi Perdamaian . Negara-negara Arab menyuarakan desakan untuk segera mengakhiri blokade dan agresi militer, sementara negara Barat menekankan pentingnya jaminan keamanan bagi Israel dan kawasan.
PBB berharap hasil konferensi ini akan menjadi “peta jalan damai” yang bisa diterapkan secara konkret oleh kedua pihak.
Peran Strategis Indonesia Konferensi Perdamaian Gaza 2025
Indonesia hadir sebagai bagian dari gerakan internasional untuk perdamaian. Presiden Prabowo Subianto, yang hadir dalam sesi pembukaan, menyampaikan sikap tegas Indonesia terhadap pentingnya penyelesaian konflik berdasarkan prinsip keadilan dan kemerdekaan Palestina.
“Konferensi Perdamaian Gaza 2025 bukan sekadar pertemuan diplomatik. Ini adalah momen bagi dunia untuk menyelamatkan kemanusiaan,” ujar Presiden Prabowo di hadapan forum.
Harapan Besar dari Konferensi Perdamaian
Konferensi ini membuka peluang baru bagi penyelesaian konflik Gaza yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Meski tantangan besar masih menghadang, Konferensi Perdamaian menunjukkan bahwa harapan akan perdamaian belum padam.
Apakah Harapan Ini Nyata?
Pertanyaan terbesar yang menyelimuti konferensi ini adalah: apakah harapan itu nyata, atau hanya diplomasi simbolik belaka?
Dengan partisipasi lebih dari 40 negara dan dukungan dari organisasi non-pemerintah, banyak pihak optimis. Namun, kesuksesan konferensi akan sangat tergantung pada implementasi nyata dari keputusan-keputusan yang diambil, serta komitmen para pihak yang bersengketa.
Jika konferensi ini berhasil, maka dunia tidak hanya akan menyaksikan berakhirnya satu konflik panjang, tetapi juga menyaksikan lahirnya babak baru dalam sejarah perdamaian dunia.