
Krisis kemanusiaan di Gaza dan Yaman: anak-anak menerima bantuan.
GEMINI99NEWS – Konflik Gaza dan Yaman kembali menarik perhatian dunia pada pertengahan tahun 2025. Dua wilayah dengan sejarah panjang kekerasan ini kembali memanas, membawa dampak besar bagi jutaan warga sipil. Eskalasi ini bukan hanya sekadar kelanjutan dari konflik lama, tetapi mencerminkan dinamika geopolitik yang berubah cepat dan semakin rumit.
Di Gaza, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran setelah kelompok Hamas meluncurkan serangan roket ke wilayah selatan Israel. Operasi militer yang berlangsung sejak awal Mei itu telah menghantam berbagai titik strategis, termasuk fasilitas komunikasi dan pusat logistik Hamas. Namun, serangan itu juga mengenai kawasan padat penduduk, memicu kemarahan dunia internasional atas korban sipil yang terus bertambah.
Sementara itu, Yaman kembali menjadi medan konfrontasi, terutama setelah Israel menyerang Bandara Internasional Sanaa. Serangan ini menghancurkan pesawat komersial yang seharusnya membawa jamaah haji ke Arab Saudi. Pemerintah Yaman mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk agresi terhadap rakyat sipil yang tak bersenjata.
Gaza: Krisis Kemanusiaan yang Semakin Dalam
Situasi di Gaza memburuk secara drastis. Menurut laporan organisasi kemanusiaan internasional, lebih dari 30% rumah penduduk di Gaza rusak atau hancur sejak awal serangan. Ribuan orang kini mengungsi ke sekolah-sekolah dan tenda-tenda darurat yang kekurangan air bersih dan makanan.
Pemerintah Israel berdalih bahwa serangan ditujukan secara presisi kepada target militer. Namun, kenyataannya, banyak korban berasal dari kalangan sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Rumah sakit pun kewalahan. Tenaga medis kehabisan obat-obatan, listrik sering padam, dan suplai darah makin langka.
Korban jiwa terus meningkat. Hingga akhir Mei 2025, lebih dari 1.500 warga Gaza dilaporkan tewas, sebagian besar akibat serangan udara yang menghancurkan kawasan pemukiman. Dunia internasional mulai mendesak gencatan senjata segera. Namun, negosiasi yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar belum membuahkan hasil konkret.
Yaman: Garis Depan Konflik Regional
Sementara konflik Gaza mendominasi pemberitaan, Yaman tetap menjadi episentrum ketegangan di Semenanjung Arab. Kelompok Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah utara negara itu melancarkan rudal ke arah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Tindakan ini langsung dibalas oleh Israel dengan serangan udara ke fasilitas militer dan infrastruktur sipil.
Serangan ke Bandara Sanaa menjadi pukulan telak bagi warga sipil. Pesawat yang dihancurkan Israel bukan militer, melainkan pesawat komersial yang membawa jamaah haji. Hal ini memicu protes dari berbagai negara Muslim, termasuk Iran, Turki, dan Indonesia. Bahkan PBB mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam tindakan tersebut dan meminta semua pihak menahan diri.
Situasi kemanusiaan di Yaman pun tak kalah buruk. Blokade yang berkepanjangan, kekurangan bahan bakar, dan kelangkaan obat-obatan membuat rakyat menderita. Anak-anak kekurangan gizi, dan sekolah-sekolah ditutup. Konflik Gaza dan Yaman memperlihatkan bahwa perang bukan hanya soal peluru dan bom, tetapi soal kemanusiaan yang terinjak-injak.
Reaksi Dunia: Diplomasi yang Berjalan Lambat
Dewan Keamanan PBB kembali menggelar rapat darurat untuk membahas konflik Gaza dan Yaman. Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan gencatan senjata, sementara Rusia dan Tiongkok menyalahkan kebijakan luar negeri Israel yang dinilai terlalu agresif.
Meski begitu, diplomasi berjalan lambat. Kepentingan politik, ekonomi, dan pertahanan membuat banyak negara terpecah dalam mengambil sikap. Beberapa negara bahkan menolak mengutuk Israel secara langsung, meskipun bukti serangan terhadap warga sipil semakin jelas.
Organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah dan Save the Children terus bekerja keras di lapangan. Mereka mencoba menyalurkan bantuan semampunya, namun akses masuk ke wilayah konflik masih sangat terbatas.
Penutup: Kapan Perdamaian Akan Datang?
Konflik Gaza dan Yaman belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Kedua wilayah ini terus menjadi saksi betapa mahalnya harga sebuah kekuasaan. Serangan demi serangan, korban demi korban, seolah menjadi siklus yang tak pernah berakhir.
Dalam dunia yang semakin terhubung, penderitaan rakyat di Gaza dan Yaman bukan hanya masalah lokal. Ini adalah krisis global yang memerlukan solidaritas, keberanian politik, dan kemanusiaan yang sejati. Dunia menanti langkah nyata, bukan sekadar kecaman kosong. Dan sementara itu, anak-anak di Gaza dan Yaman terus bertanya-tanya: kapan perang ini akan berhenti?