
Pabrik baterai lithium hasil kolaborasi Indonesia dan China ditargetkan mulai beroperasi akhir 2026 di Jawa Barat.
Kerja Sama Indonesia–China Dirikan Pabrik Baterai Lithium Strategis
GEMINI99NEWS – Pabrik baterai lithium Indonesia-China akan dibangun di Jawa Barat dan mulai beroperasi pada akhir 2026. Proyek ini menjadi langkah strategis untuk mendukung industri kendaraan listrik nasional. Proyek ini merupakan hasil kerja sama strategis antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan raksasa baterai dunia asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Kedua pihak telah menyepakati skema investasi jangka panjang yang mencerminkan komitmen kedua negara dalam mendukung transisi energi bersih secara global.
Pabrik yang kini sedang dalam tahap konstruksi awal tersebut ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2026. Sebagai salah satu komponen vital dalam rantai pasok kendaraan listrik (EV), kehadiran pabrik ini diharapkan memperkuat ekosistem baterai nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap komponen impor berteknologi tinggi.
Nilai investasi awal proyek ini mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS, dan merupakan bagian dari program besar hilirisasi mineral strategis yang dicanangkan pemerintah Indonesia sejak 2020. Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia berada dalam posisi unggul untuk memasok bahan baku utama baterai lithium, sekaligus menjadi lokasi manufaktur yang efisien bagi perusahaan global seperti CATL.
Pabrik Baterai Lithium Indonesia–China Ditargetkan Capai 40 GWh
Pabrik ini akan dibangun secara bertahap. Pada fase awal, kapasitas produksi ditargetkan mencapai 6,9 GWh per tahun. Kapasitas tersebut dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan baterai sekitar 140.000 unit kendaraan listrik ukuran menengah. Selain itu, seiring ekspansi dan pengembangan fasilitas, kapasitas produksi akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 15 GWh. Dalam jangka panjang, pabrik ini bahkan diproyeksikan mencapai 40 GWh per tahun.
Dengan volume sebesar itu, pabrik di Jawa Barat diperkirakan menjadi salah satu pusat produksi baterai terbesar di Asia Tenggara. Produk-produknya tidak hanya disuplai untuk kebutuhan dalam negeri. Lebih dari itu, baterai juga ditargetkan untuk ekspor ke berbagai negara, termasuk Tiongkok, India, dan sejumlah wilayah di Eropa yang telah mengadopsi EV secara luas.
Saat ini, permintaan global terhadap baterai lithium terus meningkat. Baik untuk kendaraan listrik maupun penyimpanan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Oleh karena itu, kehadiran pabrik ini dinilai menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan energi nasional.
Dampak Ekonomi dari Pabrik Baterai Lithium Indonesia–China
Pembangunan pabrik baterai lithium Indonesia–China ini diprediksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan. Pemerintah memperkirakan bahwa proyek ini akan menciptakan lebih dari 3.000 lapangan kerja langsung selama masa konstruksi dan tahap awal produksi. Jumlah tersebut belum termasuk efek berganda yang akan dirasakan oleh sektor pendukung seperti logistik, keamanan, penyedia jasa makanan, dan perumahan.
Lebih dari sekadar menyerap tenaga kerja, proyek ini juga membuka peluang besar dalam hal transfer teknologi. Sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama, CATL akan menyediakan pelatihan intensif bagi tenaga kerja Indonesia untuk penguasaan teknologi baterai lithium, termasuk teknik manufaktur presisi, kontrol kualitas, dan daur ulang baterai. Program ini diharapkan dapat mempercepat proses pengembangan sumber daya manusia nasional yang unggul di bidang teknologi energi baru.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh hanya menjadi pemasok bahan mentah, melainkan harus naik kelas menjadi produsen barang jadi yang berdaya saing global. Maka dari itu, pabrik ini juga menjadi bagian dari roadmap jangka panjang Indonesia untuk membangun industri kendaraan listrik yang utuh, dari hulu ke hilir.
Isu Lingkungan Mengiringi Ambisi Energi Bersih Indonesia
Di balik semangat transisi energi yang digaungkan, sejumlah pengamat lingkungan mengingatkan bahwa pembangunan pabrik baterai juga membawa tantangan tersendiri. Proses ekstraksi dan pengolahan bahan baku seperti nikel dan kobalt, serta proses produksi baterai itu sendiri, berpotensi menghasilkan limbah berbahaya dan emisi karbon jika tidak ditangani secara tepat.
Untuk itu, pemerintah mewajibkan agar proyek pabrik ini memenuhi standar lingkungan hidup internasional. Semua kegiatan produksi akan diawasi melalui mekanisme Environmental Impact Assessment (AMDAL), serta penggunaan teknologi pengolahan limbah dan air limbah yang ramah lingkungan. Selain itu, CATL juga berkomitmen membangun sistem daur ulang baterai di dalam negeri, guna meminimalkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.
Pemerintah bersama pemda setempat juga akan melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas air dan udara di sekitar kawasan industri. Hal ini penting untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik. Kompensasi dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan juga menjadi salah satu poin yang diperhatikan dalam pelaksanaan proyek ini.
Jawa Barat Jadi Lokasi Kunci Industri Baterai Nasional
Jawa Barat dipilih sebagai lokasi strategis pembangunan pabrik karena berbagai keunggulan infrastruktur dan SDM. Kawasan industri di provinsi ini memiliki infrastruktur transportasi lengkap. Jaringan tersebut terhubung dengan pelabuhan internasional, jalan tol Trans Jawa, dan jalur kereta api. Selain itu, Jawa Barat juga dikenal sebagai daerah dengan potensi tenaga kerja terdidik yang besar.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyambut proyek ini dengan antusias. Gubernur menyatakan bahwa proyek ini adalah langkah awal untuk membentuk klaster industri ramah lingkungan di daerahnya. Ia juga memastikan akan memberikan kemudahan perizinan dan dukungan infrastruktur agar proyek berjalan sesuai jadwal.
Tak hanya itu, kawasan sekitar pabrik nantinya juga akan dikembangkan sebagai pusat riset dan inovasi teknologi baterai. Pemerintah berencana membangun kerja sama dengan universitas dan lembaga riset nasional untuk mendorong lahirnya inovasi lokal yang mendukung industri ini. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi juga pusat pengembangan teknologi baterai masa depan.